Wicked (2024)

Kritik Film Wicked

Jessica Victoria K. /XII IPS 3/22

Maria Jennifer Santoso/XII IPS 3/26

Film “Wicked” karya Jon M. Chu, yang diterbitkan pada tanggal 3 November 2024, merupakan film musikal dari Universal Studio. Film ini mengungkapkan kisah dibalik para penyihir dari dunia Wizard of Oz. Dalam tulisan ini, saya akan mengevaluasi beberapa aspek penting dari novel ini, termasuk tema, alur dan karakter

Film ini berfokus pada persahabatan antara Elphaba, seseorang dengan kulit hijau yang sering disalahpahami, dan Glinda, seseorang populer yang disukai banyak orang. Keduanya pertama kali bertemu di Universitas Shiz, dimana persahabatan mereka mulai terjalin. Sayangnya tidak lama setelah itu mereka harus berpisah setelah bertemu dengan Penyihir hebat Oz. Disini Elphaba, yang memiliki kekuatan magis luar biasa, mulai tersadar bahwa dunia yang ia kagumi penuh dengan ketidakadilan. Disisi lain, Glinda berjuang untuk menemukan hati nuraninya. Perjalanan mereka sebagai penyihir baik dan penyihir jahat dari barat membawa mereka ke takdirnya masing-masing. Petualangan mereka pun diwarnai dengan pengkhianatan, persahabatan dan perjuangan melawan sistem yang korup. 

Tema persahabatan, yang merupakan inti utama cerita, diangkat dengan baik dan berkesan dalam film berjudul Wicked. Elphaba, yang memiliki warna kulit hijau, diperlakukan berbeda dan dikucilkan oleh teman-teman satu akademinya karena dianggap berbeda. Berbanding terbalik dengan sosok Glinda yang cantik, menarik, dan disukai banyak orang. Awalnya, Glinda tidak menyukai Elphaba karena perasaan iri akan kekuatan yang dimilikinya serta banyaknya perbedaan di antara mereka. Namun, perbedaan tersebut ternyata bukanlah penghalang bagi mereka untuk menjadi sahabat sejati yang saling mendukung satu sama lain.

Tema utama lain yang menarik adalah diskriminasi. Dr. Dillamond, satu-satunya profesor kambing di Shiz, diperlakukan tidak adil dan akhirnya dipecat karena adanya aturan yang mulai membatasi hak-hak hewan yang bisa berbicara. Kisah ini mencerminkan bagaimana kelompok yang dulu memiliki hak (dalam hal ini, hewan yang bisa berbicara) bisa perlahan-lahan kehilangan kebebasan mereka karena politik dan prasangka sosial. Tema yang diceritakan secara tersirat ini memberi kritik terhadap ketidakadilan sosial yang relevan dalam kehidupan nyata saat ini, sehingga membuka ruang untuk refleksi sosial.

Alur dalam film ini dibagi menjadi tiga bagian: alur mundur, alur maju, dan kembali ke masa kini. Cerita dimulai dengan perayaan kematian Elphaba, di mana Glinda dan masyarakat Emerald City menganggapnya sebagai “Penyihir Jahat”. Dari sini, cerita berpindah ke masa lalu Elphaba. Cerita bergerak maju mengikuti perjalanan Elphaba dari kecil, masuk Shiz University, bertemu Glinda, dan akhirnya melawan sistem yang tidak adil. Konflik memanas hingga dia menjadi buronan dan memalsukan kematiannya. Setelah kisah hidupnya diceritakan, cerita kembali ke masa setelah “kematian” Elphaba, dengan kejutan bahwa dia sebenarnya masih hidup.

Perkembangan alur dari karakter Elphaba sangat kuat, dari yang awalnya tidak mengenali potensinya hingga menjadi sosok dengan pendirian kuat dalam membela ketidakadilan. Alur yang manis dan menyentuh hati terlihat saat Glinda menyadari kesalahannya terhadap Elphaba di malam prom. Momen ini menyayat hati dan semakin sempurna dengan Glinda dan Elphaba menari di depan semua orang, mengisyaratkan awal persatuan mereka tanpa peduli pendapat teman-temannya.

Puncak klimaks yang tidak disangka-sangka terjadi ketika Madame Morrible dan penyihir di Emerald mengkhianati Elphaba dan menjadi dalang dari berbagai permasalahan yang timbul. Plot twist ini dikemas dengan sangat baik. Namun, dalam perjalanan berikutnya, Elphaba dengan kekuatan hebatnya justru kurang menunjukkan perlawanan dan akhirnya malah kabur. Pertarungan yang kurang intens antara si baik dan si jahat mengurangi ketegangan dalam puncak konflik. Bagian resolusi juga terasa ambigu, terutama bagi karakter Glinda, yang tidak membawa perubahan signifikan hingga akhir. Dia menyadari kebenaran, tetapi tidak jelas memihak siapa dan tidak mengambil tindakan nyata yang mengarah pada perubahan. Alur keseluruhan cerita yang sederhana dan lambat, ditambah banyaknya adegan nyanyian, mungkin sulit diminati oleh sebagian orang yang bukan penggemar drama dan musikal.

Mengingat film ini termasuk kategori drama dan musikal, pemilihan aktor dan aktris menjadi hal yang sangat krusial. Diperlukan keterampilan khusus untuk memerankan drama semacam ini. Pemilihan Ariana Grande sebagai Glinda dan Cynthia Erivo sebagai Elphaba sangat tepat untuk film ini. Dari segi pengalaman dan kemampuan vokal, mereka tidak perlu diragukan lagi. Ariana sukses menghidupkan karakter Glinda. Kepribadiannya yang ceria, lincah, dan elegan direpresentasikan dengan sangat baik lewat kemampuan musical acting-nya yang luar biasa. Selain itu, paras Ariana yang anggun serta suaranya yang lembut namun bertenaga semakin memperkuat karakternya sebagai Glinda. Saat membawakan lagu Popular, ekspresi, gestur, dan vokalnya benar-benar memancarkan pesona Glinda yang karismatik dan playful.

Di sisi lain, Cynthia Erivo sebagai Elphaba adalah pilihan yang tepat. Dengan pengalaman teater yang luas serta suara yang khas, penuh emosi, dan kuat, ia semakin memperkuat perannya, terutama saat menyanyikan lagu Defying Gravity. Dalam lagu ini, Cynthia benar-benar menunjukkan kekuatan vokalnya yang luar biasa, menggambarkan momen transformasi Elphaba dengan begitu emosional dan memukau.

Sebagai film berlatar fantasi, Wicked memanjakan mata dengan CGI yang benar-benar sukses menghadirkan dunia fantasi yang memukau. Emerald City tampil gemerlap dengan bangunan-bangunan tinggi berwarna hijau berkilau, menunjukkan kesan kota yang maju. Shiz University dengan aula besar, pilar-pilar megah, dan dekorasi klasik membuatnya terasa seperti akademi sihir sungguhan. Detail ornamen kecil dan permainan cahaya dalam setiap adegannya semakin membuat penonton hanyut dalam dunia Oz.

Pesan yang dapat diambil dari Wicked adalah pentingnya percaya pada diri sendiri, bahkan ketika dunia meragukan kita. Elphaba menunjukkan bahwa menjadi berbeda bukanlah hal yang salah, dan justru dengan menerima dirinya apa adanya, ia bisa menemukan kekuatan sejatinya. Kita tidak perlu mengubah diri hanya demi diterima oleh orang lain. Ikutilah hati dan prinsip kita sendiri daripada sekadar mencari pengakuan dari orang lain. Film ini juga mengajarkan keberanian untuk membela keadilan, meskipun harus menghadapi banyak cobaan. Elphaba menunjukkan bahwa tidak mudah melawan sistem yang sudah ada, terutama ketika kebenaran ditutupi dan orang-orang lebih memilih percaya pada bualan mereka yang berkuasa. Namun, ia tetap teguh pada keyakinannya dan tidak takut melawan ketidakadilan, meskipun harus menjadi buronan dan dicap sebagai “The Wicked Witch”.
Secara keseluruhan, Wicked berhasil menghadirkan kisah yang emosional dengan pesan kuat tentang persahabatan, keadilan, dan keberanian menjadi diri sendiri. Visualnya memukau dengan CGI yang megah, menciptakan dunia Oz yang penuh keajaiban. Akting dan vokal Ariana Grande serta Cynthia Erivo memberikan kehidupan pada karakter mereka, terutama dalam lagu-lagu ikonik seperti Popular dan Defying Gravity yang diaransemen dengan indah. Meski alurnya memiliki beberapa kekurangan, seperti klimaks yang kurang intens, film ini tetap menyampaikan cerita yang berkesan. Dengan kombinasi drama, musikal, dan visual yang memanjakan mata, Wicked menjadi tontonan yang menyenangkan bagi pecinta film fantasi dan musikal.

Tags:

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Latest Comments

No comments to show.