Venom The Last Dance (2024)
Dexter XII IPS 3/13 & Osvaldo XII IPS 3/28

“Venom: The Last Dance” (2024) adalah film yang mengisahkan tentang kelanjutan cerita Eddie Brock yang menjadi inang dari monster luar angkasa Venom. Setelah mereka melarikan diri dari pertarungan film kedua, Venom menyadari bahwa dirinya dan Eddie Brock diincar oleh Knull yaitu dewa jahat yang terkunci dan membutuhkan sebuah kunci bernama “kodex” untuk membebaskannya. Kodex ini ternyata dimiliki oleh venom dan Eddie Brock. Adegan kejar-kejaran pun terjadi antara venom dengan bawahan Knull. Konflik semakin runyam karena Eddie Brock juga diincar oleh pasukan militer rahasia.
Film ketiga dari trilogi Venom ini sangat dinanti-nantikan oleh para penonton karena film ini akan menjadi penutup trilogi venom. Ekspektasi penonton menjadi sangat tinggi karena faktor historis karya Marvel studios, dimana setiap film penutup trilogi berhasil dibuat dengan spektakuler, contohnya film “Spider-Man: No Way Home” (2021)” penutup trilogi film Spiderman yang berhasil mengumpulkan pendapatan sebanyak $1,9 miliar secara global. Sayangnya, film ini tidak berhasil memenuhi ekspektasi penonton dan mendapatkan kritikan dari berbagai pihak. Dengan bukti pendapatan film ini menjadi film venom yang pendapatannya terendah yaitu hanya $476,8 juta di seluruh dunia sedangkan film venom pertama berhasil meraih $856 juta dan venom kedua berhasil meraih $502 juta di seluruh dunia. Film ini pun hanya mendapatkan skor sebesar 6 dari 10 di media kritik film yang kredibel secara internasional yaitu IMDb. Oleh karena itu, dalam teks ini kami akan mengevaluasi aspek penting dari film ini, terutama alur cerita, tema, dan penokohan.
Kelebihan utama film ini terletak pada performa akting Tom Hardy yang tetap memukau. Melalui kemampuan aktingnya, ia bisa membuat penonton merasakan konflik batin karakter utama Eddie Brock, yang terjebak antara menjalani hidup normal atau terus hidup bersama Venom. Selain itu, efek visual di film ini benar-benar memanjakan mata, terutama di adegan pertarungan antara Venom dan monster bawahan Knull yang dikisahkan sebagai dewa yang akan menghancurkan dunia. Adegan pertarungan mereka berhasil membawa penonton hanyut oleh adegan aksi yang sangat menegangkan.
Film ini juga tetap mempertahankan humor khas Venom yang lucu dan menghibur. Interaksi antara Eddie dan Venom, yang sering berdebat tetapi saling peduli, menjadi daya tarik utama yang membuat penonton tidak bosan. Musik latarnya juga sesuai dengan adegan sehingga berhasil menambah suasana tegang dan dramatis di berbagai adegan penting.
Namun, ada beberapa kekurangan yang sangat mengganggu dan membuat penonton bingung akan alur cerita yang dibawakan. Ceritanya terasa terburu-buru, terutama dalam mengenalkan Knull sebagai musuh utama. Latar belakang dan motivasi Knull tidak dijelaskan dengan baik, sehingga konfliknya terasa kurang kuat. Karakter pendukung seperti Anne Weying dan Dr. Dan Lewis juga kurang dimanfaatkan, padahal mereka bisa memberikan cerita tambahan yang lebih menarik. Peletakan adegan humor juga bertabrakan dengan adegan pertarungan serius yang membuat suasana konflik klimaks dalam cerita tidak dirasakan oleh penonton.
Selain itu, film ini terlalu fokus pada aksi besar sehingga momen-momen emosionalnya kurang terasa. Contohnya, perjuangan Eddie untuk kembali menjadi jurnalis hanya disinggung sekilas tanpa benar-benar dikembangkan. Akibatnya, penonton tidak mendapatkan kedalaman cerita yang cukup untuk terhubung secara emosional dengan karakternya.
Secara tema, Venom: The Last Dance ingin menyampaikan tema yang kompleks seperti identitas, dualitas, dan pengorbanan. Sayangnya dalam eksekusi film, justru terlihat berbagai kekurangan seperti humor yang berlebihan, pengembangan karakter yang lemah, dan narasi yang membingungkan membuat tema yang dingin dibawakan tidak bisa dirasakan oleh penonton. Seharusnya, film ini bisa lebih berani menggali konflik internal karakter dan membangun ancaman yang lebih kuat untuk mendukung tema-tema tersebut.
“Venom: The Last Dance” tetap menjadi tontonan yang seru, terutama untuk penggemar aksi dan efek visual yang keren. Akting Tom Hardy dan humor antara Eddie dan Venom membuat film ini menyenangkan untuk ditonton. Sayangnya, cerita yang kurang mendalam dan pengembangan karakter yang terbatas membuat film ini tidak sekuat yang diharapkan sebagai penutup trilogi. Meski begitu, bagi pecinta Venom, film ini tetap layak dinikmati sebagai hiburan penuh aksi yang menegangkan.
No responses yet